Konawe Utara, Kroscek.net – Hampir setiap manusia tentu menginginkan gaji yang besar dari pekerjaannya. Namun sayang, tidak semua jenis pekerjaan dapat memberikan gaji yang besar meski sudah bekerja sekuat tenaga.
Seperti halnya yang dialami 10 orang Tenaga honorer Pegawai Tidak Tetap (PTT) sebagai Team Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Konawe Utara (Konut) tak hanya sigap di darat, penyelamatan di air pun siap dilakukan jika suatu waktu dibutuhkan.
Salah seorang tenaga TRC BPBD Konut, Alsauf mengatakan, walau tugasnya agak berat tapi bila mampu bersyukur, tugas itu pasti akan ringan untuk diselesaikan. Daripada mengeluh karena nominal insentif, lebih baik selalu hadirkan rasa syukur dalam hati karena ada banyak orang yang diluar sana belum mendapatkan pekerjaan.
“Insentif kami Rp250 Ribu perbulannya. Tidak sedikit orang diluar sana yang sama sekali tidak punya pekerjaan. Setiap harinya mereka hanya menganggur tanpa tahu mau bekerja apa. Saya sebagai Team TRC BPBD Konut tetap mensyukuri meski gaji terbilang minim,” Paparnya.
Meski insentif Rp250 Ribu per bulan, melihat kesigapan tim gabungan menyelamatkan seorang korban yang berada di air, baik evakuasi ke darat untuk dilakukan penanganan lebih lanjut. Bahkan beberapa hari lalu, TRC BPBD Konut sigap mencari korban tenggelam tanpa mengenal lelah seharian mencari korban tenggelam saat ini berlangsung pencarian di sungai lasolo.
Ayah dua orang anak ini, tak pernah mengenal lelah selalu mengedepankan Protap Penanggulangan Bencana Alam, siaga banjir dan angin puting beliung. Lelaki barumur 40 tahun itu, merupakan pegawai honorer BPBD Konut yang telah bertugas sejak 2014 lalu hingga saat ini.
Nilai itu, tentu sangat jauh dari resiko pekerjaan yang harus dihadapinya dilapangan sebagai tim Unit Reaksi Cepat BPBD Konut saat turun menyelamatkan masyarakat yang tertimpa bencana.
Meski demikian, dirinya yang hidup terbatas dan jauh dari kesejateraan berharap adanya perhatian dari pemerintah untuk memperhatikan nasib tenaga honorer, terlebih yang menangani bencana.
“Sudah tidak bisa kita cari penghasilan tambahan lain pak. Karena kami fokus dipenanganan bencana. Mau malam, subuh, siang sore tidak kenal waktu. Kami terus berharap pak, dari pemerintah melalui BPBD bisa memperhatikan hidup kami. Kasian kami, ada anak dan istri yang harus kami tanggung, sementara gaji cuma Rp 250 perbulan,” Pungkasnya. (*Rul/A)