Konawe Utara, Kroscek.co.id – Dibalik angka-angka anggaran dan laporan pertanggungjawaban, Dana Desa sejatinya berbicara tentang kehidupan sehari-hari warga. Tentang bagaimana keluarga bertahan, bekerja, dan membangun harapan di tengah keterbatasan.
Prinsip inilah yang terus dijaga Pemerintah Desa Paka Indah, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara, dalam mengelola Dana Desa (DD) Tahun Anggaran 2025.
Di bawah kepemimpinan Kepala Desa Ali Asman, S.Si., arah pembangunan desa ditegaskan tidak sekadar memenuhi kewajiban administratif, melainkan menjawab kebutuhan riil masyarakat secara adil, terukur, dan berkelanjutan.

Salah satu wujud nyata komitmen tersebut adalah penyaluran bantuan ternak sapi kepada enam kepala keluarga pada tahun 2025. Program ini bukan kebijakan instan, melainkan bagian dari skema bergilir yang telah dirancang sejak 2024.
“Pada tahun 2024 lalu, bantuan sapi telah diterima 14 warga. Tahun ini kami lanjutkan untuk enam kepala keluarga. Penentuan penerima dilakukan melalui musyawarah desa dan dibagi bergilir di setiap dusun,” ujar Ali Asman, Minggu (21/12/2025).
Pola bergilir ini dipilih bukan tanpa alasan. Pemerintah desa ingin memastikan bahwa asas keadilan dan pemerataan benar-benar dirasakan oleh seluruh warga, tanpa kecuali.
Bantuan ternak sapi dipandang sebagai investasi jangka panjang untuk memperkuat ekonomi keluarga, bukan sekadar bantuan konsumtif yang habis dalam waktu singkat.

“Ini bukan soal siapa cepat, tapi siapa yang mendapat giliran. Kami ingin semua warga merasakan manfaat Dana Desa secara adil,” tegasnya.
Tak berhenti pada sektor ekonomi, Pemerintah Desa Paka Indah juga menunjukkan kepekaan terhadap persoalan kebutuhan dasar masyarakat. Melalui Dana Desa 2025, sebanyak 84 unit tandon air bersih disalurkan kepada kepala keluarga di seluruh desa.
Program ini menjadi solusi konkret atas persoalan air bersih yang kerap muncul, terutama saat musim penghujan. Kondisi geografis Desa Paka Indah yang sebagian wilayahnya rawan banjir membuat sumber air dari arah gunung sering kali menjadi keruh dan tidak layak konsumsi.
“Kami memilih program tandon air karena saat musim hujan, air dari gunung tidak bisa langsung digunakan. Selain itu, desa kami juga rawan banjir. Tandon ini menjadi langkah antisipasi agar warga tetap memiliki cadangan air bersih,” jelas Ali Asman.

Bagi warga, tandon air bukan sekadar fasilitas, melainkan rasa aman. Air bersih yang tersimpan menjadi penopang kebutuhan rumah tangga, terutama bagi keluarga yang selama ini harus menunggu air jernih atau mencari sumber alternatif saat cuaca ekstrem.
Ali Asman menegaskan, seluruh program Dana Desa dirancang dan diputuskan melalui musyawarah bersama masyarakat. Pemerintah desa, kata dia, hanya menjalankan amanah dan kesepakatan bersama, bukan kehendak sepihak.
“Kami membangun berdasarkan kebutuhan masyarakat, bukan keinginan pribadi. Fokus kami adalah kebutuhan dasar, penguatan ekonomi, dan mitigasi risiko bencana. Tujuan akhirnya satu, Kesejahteraan dan Ketahanan Desa,” pungkasnya.
Langkah Pemerintah Desa Paka Indah ini menjadi gambaran bahwa Dana Desa dapat dikelola secara terarah, transparan, dan menyentuh langsung kehidupan warga.
Dari sapi yang digilir dengan adil hingga tandon air yang menjaga kebutuhan dasar, pembangunan desa perlahan bergerak dari wacana menuju kenyataan.
Di Paka Indah, Dana Desa bukan sekadar anggaran, ia menjelma harapan yang tumbuh, setetes demi setetes, dari kandang ternak hingga tandon air di halaman rumah warga. (*Rul)













