Konawe Utara, Kroscek.co.id – Jika ada pepatah “Desa Kecil, Prestasi Besar”, maka Desa Tadoloiyo layak menempati sampul depannya. Dalam gelaran Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Kecamatan Oheo 2025, Tadoloiyo tampil seperti tim nasional yang tiba-tiba jadi juara dunia, mengejutkan, memukau, dan bikin iri desa sebelah.
Pada malam penutupan, Selasa (26/08/2025), suasana lapangan Kecamatan Oheo pecah meriah. Lampu-lampu sorot menyala, teriakan penonton menggema, dan piala juara umum resmi berpindah tangan ke Tadoloiyo.
Tadoloiyo tak hanya datang untuk meramaikan, tapi pulang dengan medali 1 emas, 1 perak, dan 2 perunggu. Dengan koleksi itu, posisinya langsung naik kasta, dari peserta biasa menjadi legenda baru.
Kepala Desa Tadoloiyo, Sartono, yang tampil dengan wajah sumringah seperti baru saja menang lotre, menegaskan bahwa kemenangan ini bukan hasil kebetulan.
“Alhamdulillah, ini semua berkat kerja keras masyarakat, perangkat desa, dan gotong royong. Tidak ada jampi-jampi, tidak ada ritual mistis, semua murni latihan, keringat, dan doa,” katanya sambil memegang piala seperti memegang bayi pertamanya.
Menurut Sartono, semangat gotong royong warga Tadoloiyo ibarat oli mesin, membuat semua bergerak mulus tanpa macet. “Kalau tidak kompak, jangankan juara umum, juara harapan pun mungkin tidak kebagian,” tambahnya dengan tawa kecil.
Dari Bola Volly, Sepak Bola sampai Karaoke Disikat!
Porseni Kecamatan Oheo tahun ini memang jadi ajang spektakuler. Dari cabang sepak bola, voli putra-putri, bola gotong putri, hingga devile, semuanya berlangsung sengit.
Lapangan voli Kecamatan Oheo mendadak seperti arena Proliga kelas Nasional. Bukan karena tribun VIP atau kamera televisi, melainkan karena kabar tak masuk akal tapi nyata, Najwa Sungkar, pemain voli putri kondang, benar-benar menginjakkan kaki di tanah Oheo untuk membela Desa Tadoloiyo.
Penonton sontak bersorak. Anak-anak berlari ke tepi lapangan, ibu-ibu lupa menjemur kerupuk, bapak-bapak sampai rela mematikan rokok di separuh batang. “Ini beneran? Najwa Sungkar? Bukan kembarannya?” celetuk seorang warga dengan wajah tak percaya.
Komentator dadakan langsung panik mencari kosa kata. “Pemirsa, kita saksikan… eh maksud saya bapak-ibu sekalian, inilah momen bersejarah! Dari televisi langsung ke tanah Oheo, dari Proliga ke Porseni!” teriaknya sampai mikrofon hampir jebol.

Kehadiran Najwa Sungkar membuat tim voli putri Desa Tadoloiyo seperti punya “mesin turbo”. Smash kerasnya bukan hanya bikin lawan grogi, tapi juga bikin bola nyangkut di pohon kelapa belakang lapangan.
“Kalau sudah begini, lawan bukan hanya hadapi Tadoloiyo, tapi hadapi liga Nasional yang kebetulan mampir ke desa,” kata salah satu perangkat desa sambil ngakak.
Kepala Desa Tadoloiyo, Sartono, tidak mau kalah gaya. Dengan nada serius tapi penuh humor, ia bilang: “Najwa Sungkar ini bukti bahwa Tadoloiyo bukan kaleng-kaleng. Kalau Proliga bisa, kenapa Porseni tidak? Kita undang, beliau datang. Ini sejarah, bukan sekadar voli, tapi diplomasi olahraga antar-desa,” ujarnya sambil tersenyum.
Uniknya, tiket pertandingan ini tetap gratis. Tapi atmosfernya sudah seperti laga final Proliga di Istora. Penonton duduk di kursi plastik, berdiri di atas batu, bahkan ada yang nonton dari atas motor. Semua kompak bersorak tiap kali Najwa Sungkar melakukan servis.
“Ini pengalaman sekali seumur hidup. Nonton Proliga di desa sendiri, tanpa bayar, tinggal jalan kaki. Besok-besok jangan kaget kalau Cristiano Ronaldo main bola di lapangan sebelah,” kata seorang warga dengan wajah penuh harap.
Tadoloiyo Resmi Juara Hati Penonton
Dengan kehadiran bintang nasional, kemenangan Tadoloiyo di Porseni semakin terasa lengkap. Tak hanya juara umum, mereka juga juara hati penonton.
“Kalau sudah begini, desa lain jangan iri. Tahun depan siapa tahu giliran mereka bawa Raisa atau Via Vallen untuk cabang karaoke,”.
Tak hanya olahraga, ajang ini juga menampilkan bakat seni yang tak kalah heboh. Ada lomba karaoke, yang katanya lebih ramai daripada pertandingan Sepak Bola. Hasilnya? Penonton kadang bingung harus tepuk tangan atau mengucap “masyaAllah”.
“Olahraga bikin sehat, seni bikin bahagia. Kalau digabung, hasilnya adalah desa-desa ceria,”.
Pemerintah Kecamatan Oheo menegaskan, Porseni bukan sekadar kompetisi adu kuat, adu cepat, atau adu suara paling tinggi di karaoke. Lebih dari itu, kegiatan ini adalah wadah mempererat persatuan antar-desa dan mengasah potensi generasi muda.
“Kalau dulu antar-desa lebih sering adu argumen di rapat, sekarang lebih enak adu servis bola voli atau adu suara emas. Jauh lebih sehat dan produktif,” ujar Camat Oheo sambil tersenyum.
Dengan kemenangan ini, Desa Tadoloiyo menorehkan sejarah baru. Mereka kini jadi bahan pembicaraan di warung kopi, ada yang kagum, ada yang iri, ada juga yang langsung janji tahun depan harus balas.
Tapi bagi Sartono, kemenangan ini bukan sekadar piala atau medali. “Yang penting adalah semangat kebersamaan. Karena tanpa itu, Tadoloiyo hanyalah nama desa. Dengan gotong royong, Tadoloiyo jadi simbol juara,” tegasnya.
Malam itu, warga Tadoloiyo pulang dengan wajah bahagia, piala bergengsi, dan cerita panjang yang bisa mereka banggakan sampai cucu cicit nanti. (**)
Laporan : Muh. Sahrul