[responsivevoice_button voice=”Indonesian Male” buttontext=”BACAKAN“]
JAKARTA, KROSCEK.NET – Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) H. Ali Mazi, SH., menghadiri acara Aniversary Celebration Gala Night, 70 Tahun Kalla (Aktif Bersama Maju Bersama) dan 44 Tahun Bukaka (Tumbuh dan Maju Bersama), di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Jumat 28 Oktober 2022.
Yusuf Kalla dihadapan hadirin undangan mengisahkan perjalanan perusahaan Kalla dan Bukaka. Bahkan beberapa perusahaannya banyak menuai kerugian, namun Yusuf Kalla menitip pesan kepada para hadiri bahwa dibalik kegagalannya merupakan pelajaran untuk memperbaiki kesalahan.
Dalam sambutan pemilik Perusahaan Kalla dan Bukaka tersebut, selalu mengingatkan bahwa apa yang telah dicapainya hingga saat ini adalah karena sikap pantang menyerah. “Bila ditanya bisa buat ini, jawabku selalu bisa,” kata Jusuf Kalla disambut tawa kecil para hadirin.
Perjalanan karir dalam merintis usaha dikisahkannya. Ketika membutuhkan mitra baik dengan pemerintah maupun dengan perusahaan lain banyak terbentur dengan pertanyaan soal pengalaman. Lagi-lagi bagi, Yusuf Kalla, hal itu bukan halangan. Baginya semua tetap bisa dilakukan.
Banyak hal yang kemudian mampu dilakukan selain dengan usaha penjualan mobil, pembuatan bendungan untuk tenaga listrik dan pembuatan garbarata yang semuanya asli buatan anak Indonesia. Lagi sebagai pembuktian bahwa “kita bisa”.
Selain itu, diperkenalkannya rencana pembuatan smelter pertama yang diklaimnya di wilayah Indonesia Timur nantinya milik Kalla dan dikerjakan oleh orang Indonesia. Berbagai motivasi dan kerja keras dikisahkan oleh Yusuf Kalla dalam peringatan 70 Tahun Kalla dan 44 Tahun Bukaka.
Usia 70 Tahun, Generasi Keempat
Menginjak usia 70 tahun, Kalla Grup kini memasuki generasi keempat dengan perkembangan bisnis yang semakin pesat. Sebagai salah satu perusahaan terbesar di Timur Indonesia, Kalla Grup saat ini dipimpim Solihin Kalla.
Pewaris Kalla Grup ini mulai memimpin perusahaan sejak 2018 lalu. Kalla Grup didirikan pada 1952 lalu saat Haji Kalla dan Hajjah Athirah Kalla mulai menjalankan bisnis tekstil di kota Wantampone, Sulawesi Selatan.
Pada generasi pertama ini, Kalla Grup merambah bisnis transportasi. Bisnis ini mencakup pengangkutan hasil bumi dari Bone ke Makasar dan pengoperasian mobil penumpang jenis station wagon yang melayani trayek Makasar-Bone. Selain itu, Kalla Grup juga mulai fokus menekuni bidang perdagangan dan logistik dibawah anak usahanya, NV. Hadji Kalla Trading Company.
Tongkat kepemimpinan Haji Kalla pun diserahkan kepada Anaknya, Jusuf Kalla pada 1967. Sebagai generasi kedua, Jusuf Kalla saat itu mendirikan perusahaan kontraktor konstruksi Bumi Karsa. Dua tahun berselang, Kalla Grup menjadi imporir mobil merk Toyota. Tidak cukup sampai disitu, bisnis otomotif ini berkembang dengan ditandai oleh didirikannya beberapa anak usaha yang menjadi dealer mobil Daihatsu dan dealer truk Nissan Diesel.
Tahun 1990-an, Kalla Grup kembali melakukan ekspansi bisnis ke bidang perdagangan dengan PT Bumi Sarana Utama sebagai dealer aspal curah dan menangani proyek infrastuktur jalan dan bandara. Di bidang property, didirikan pula PT Baruga Asrinusa Development yang mengembangkan berbagai kawasan perumahan elit dan perumagan tipe kecil.
Kemudian bisnis juga merambah pada bidang pengembangan pasar tradisional. Penghujung tahun 1999, saat itu Jusuf Kalla diminta menjadi Menteri Perdagangan dan Perindustrian, estafet kepemimpinan pun diserahkan kepada Fatimah Kalla, adiknya.
Saat ini, gurita bisnis Kalla Grup telah tersebar di delapan sektor. Berikut rincian sektor beserta anak usahanya. Pertama, yaitu bidang otomotif. Pada bidang ini terdapa empat anak perusahaan yaitu PT Hadji Kalla, PT Makassar Raya Motor, PT Kars Inti Amanah, dan PT Bumi Jasa Utama.
Kedua, bidang finance di bawah anak usaha PT Amanah Finance. Ketiga, bidang konstruksi dengan lima anak perusahaan, di antaranya PT Bumi Karsa, PT Bumi Sarana Utama, PT Bumi Barito Utama, PT Bumi Sarana Beton, dan PT Bukaka Teknik Utama.
PT Bukaka Teknik Utama Tbk. (BUKK) kemudian tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 29 Juni 2015, dengan melepas 2,64 miliar saham di harga Rp.338. Saat itu, emiten bersandi saham BUKK tersebut meraih dana IPO Rp1,56 triliun.
Keempat, ada bidang transport dan logistik yang berada di bawah tujuh anak perusahaan, diantaranya PT Makassar Monorail Indonesia, PT Bukaka Lintas Tama, PT Jelajah Laut Nusantara, PT Bumi Lintas Tama, PT Bumi Logistik Utama, PT Nusantara Aircharter, dan PT Bumi Jasa Utama.
Kelima, bidang energi yang dua dari anak usaha menjadi pembangun dua pembangkit listrik tenaga air yaitu PT Poso Energy dan PT Malea Energy. Sisanya ada PT Kalla Electrical System, PT Kerinci Merangin Hidro, dan PT Bumi Mineral Sulawesi.
Properti menjadi bidang keenam, dimana Kalla Grup melakukan ekspansi dengan mendirikan beberapa perusahaan yaitu PT Kalla Inti Karsa, PT Baruga Asrinusa Development dan PT Inti Karsa Persada. Ketujuh, ada bidang retail dibawah PT Kalla Retail Indonesia. Delapan, bidang kehutanan di bawah PT Amanah Hutan Lestari.
Selain Gubernur Ali Mazi, dalam acara itu hadir pula beberapa tokoh lainnya, yakni Gubernur Sulawesi Tengah, Rusdy Mastura; Menteri Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan; Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar; Aburizal Bakrie; Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa; Sudirman Said; Sofyan Djalil; dan Anies Baswedan. (**)
Laporan : Adelia Oktaviani