Konawe Selatan, Kroscek.co.id – Jangan bayangkan suasana Musyawarah Cabang (Muscab) Partai Bulan Bintang (PBB) Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) seperti sinetron politik penuh intrik. Tidak ada yang berdiri mendadak lalu protes, tidak ada walk out, apalagi lempar-lempar kursi.
Yang ada justru tawa kecil, tepuk tangan meriah, dan keputusan bulat yang datang dari akal sehat serta sedikit rasa lapar menjelang makan siang.
Kamis, 24 Juli 2025, di lantai dua Hotel Srikandi Kota Kendari, PBB Konawe Selatan membuktikan bahwa politik tak selalu harus tegang.
Iksan, pria kalem tapi tajam dalam urusan strategi, terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPC PBB Konawe Selatan untuk periode 2025–2030.
Aklamasi ini bukan karena tak ada lawan, tapi karena semua suara sepakat, buat apa pilih dua kalau yang satu sudah pasti?.
Dari 19 suara sah, terdiri dari 16 PAC, satu suara dari DPW, satu suara dari anggota DPRD fraksi PBB, dan satu dari representasi semesta yang menyimak dari pojokan ruangan, semuanya kompak Iksan!.
“Saya bukan menang, saya cuma dititipi PR besar,” ujar Iksan, setelah menerima panji partai dan sempat menahan napas agar tidak terlihat gugup.
Iksan bukan pendatang di dunia politik. Ia lahir dan tumbuh di Desa Watumbohoti, Kecamatan Palangga Selatan, tempat di mana sinyal internet dan suara warga kadang lebih kuat dari suara menara BTS.
Dari sana, ia membawa nilai-nilai sederhana, kerja keras, rendah hati, dan jangan lupa menyapa tetangga sebelum bicara politik.
Tapi jangan salah, mimpi Iksan tak sesederhana nasi goreng di warung dekat rumah. Ia ingin PBB tak hanya sekadar ikut pemilu, tapi ikut memenangkannya.
Dari 3 kursi jadi 5, syukur-syukur bisa lebih, itu bukan janji manis, tapi target yang dibungkus semangat dan perhitungan.
“Kami tak ingin jadi partai pelengkap. Kami ingin jadi pelaku utama. Kalau bisa bikin drama, kenapa cuma jadi figuran?” katanya sambil tersenyum lebar.
Sekretariat Bukan Kantor, Tapi Markas Ide dan Gagasan Pejuang!
Salah satu agenda utama yang dilontarkan Iksan begitu duduk di kursi ketua adalah membangun Sekretariat DPC PBB Konsel.
Tapi bukan sembarang kantor. Ia ingin membuat ruang ide tempat ngopi, debat kecil, adu argumen sehat, hingga ngopi lagi kalau argumennya terlalu panas.
“Saya tidak mau sekretariat kita cuma buka saat mau pemilu, lalu tutup lagi kayak warung tutup pas hujan. Kita ingin tempat yang hidup, menyala, dan jadi titik kumpul kader dari ujung ke ujung,” jelasnya.
Kalau dalam film, PAC itu pasukan tempur di garis depan. Bagi Iksan, struktur bawah bukan pelengkap, tapi pondasi.
Ia berjanji akan lebih banyak blusukan, bukan sekadar menampakkan wajah saat momen penting, tapi rutin turun, mendengar, dan mungkin diajak makan pisang goreng hangat oleh PAC yang kangen dikunjungi.
“PAC itu ujung tombak. Kalau mereka kuat, kita tinggal siapkan perisai dan langsung perang gagasan,” ucapnya mantap.
Dari Konawe Utara, Belajar Jadi Hebat
Iksan juga tahu, mimpi besar tak bisa sendirian. Maka ia menyambungkan koordinasi ke atas, ke Ketua DPW Sultra, H. Ikbar, sang Bupati Konawe Utara, dan Wakil Ketua Umum DPP PBB, H. Ruksamin, jenderal lapangan yang sukses mengantarkan PBB Sultra ke puncak.
Ruksamin bukan cuma memimpin, tapi memimpin dengan bukti: 4 kursi DPRD Provinsi, dan sukses menjadikan PBB sebagai partai utama di Konawe Utara.
Bahkan, saking hebatnya, anak kecil di sana menyebut PBB bukan partai, tapi “pemilik Bupati dan Ketua DPRD”.
“Kami ingin belajar dari Bang Ruksamin dan Bang Ikbar. Kalau mereka bisa besar di Utara, kami juga bisa bersinar dari Selatan. Tidak ada yang mustahil kalau kerja cerdas dan kompak,” ujar Iksan nadanya terdengar seperti tagline iklan, tapi isinya serius.
Saat Semua Pulang, Satu Jempol Ditinggalkan, ketika Muscab selesai, tumpukan dokumen dibereskan, kopi sisa tinggal ampas, dan sebagian peserta sudah memesan taksi daring untuk pulang, seorang kader muda mendekat pelan. Dengan senyum malu-malu, ia mengacungkan jempol ke arah Iksan.
“Ini baru pemimpin… lahir dari bawah, gak bikin ribut, dan tetap bisa bikin orang ketawa,” bisiknya.
Dari Konawe Selatan, Partai Bulan Bintang tidak hanya bersiap menghadapi pemilu.
Mereka sedang membangun gerakan dengan tawa, dengan kerja nyata, dan dengan keyakinan bahwa dari desa kecil pun, bisa lahir pemimpin besar. Dan Iksan, kini memegang pena. Cerita baru itu pun dimulai. (**)
Laporan : Muh. Sahrul