Perda RTRW Konkep Disebut Melanggar UU PWP3K, Masyarakat Uji Materil Ke MA

- Redaksi

Jumat, 23 September 2022 - 18:26 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Prof. H. Denny Indrayana, S.H., LL.M., Ph.D. (*Ist)

Prof. H. Denny Indrayana, S.H., LL.M., Ph.D. (*Ist)

[responsivevoice_button voice=”Indonesian Male” buttontext=”BACAKAN“]

KENDARI, KROSCEK.NET – Setelah mengajukan Gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Kota Kendari pada 31 Agustus 2022 lalu, perjuangan masyarakat Pulau Wawonii terus berlanjut hingga sampai saat ini.

Melalui kuasa hukumnya Indrayana Centre for Government, Constitution, and Society (INTEGRITY) Law Firm, masyarakat Pulau Wawonii mengajukan Permohonan Hak Uji Materiil Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) Nomor 2 Tahun 2021 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Konkep Tahun 2021 – 2041.

Prof. H. Denny Indrayana, S.H., LL.M., Ph.D, mengatakan, Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten Konkep yang diputuskan pada Februari 2021 itu terpaksa harus ke Mahkamah Agung (MA) karena produknya dinilai melanggar berbagai peraturan perundang-undangan.

“Perda level kabupaten ini dinilai bermasalah secara materiil, karena mengakomodir kegiatan pertambangan di Wilayah Konkep yang secara geografis total luas wilayahnya kurang lebih hanya 706 km2 (tujuh ratus enam kilometer persegi,” Ungkap Prof. H. Denny Indrayana, kepada awak media, Kamis (22/09/2022).

Baca Juga :  PT Marketindo Diperkarakan Aliansi Masyarakat Tani di Kejari Konsel

Sebagaimana diketahui, lanjut Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia periode 2011-2014 ini, menurut Pasal 35 huruf K UU Nomor 27 Tahun 2007 juncto UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (UU PWP3K), pulau dengan luas kurang dari atau sama dengan 2.000 km2 merupakan pulau kecil yang dilarang untuk penambangan.

“Tidak hanya itu, Perda RTRW Konkep 2/2021 juga bertentangan dengan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UU Penataan Ruang) beserta peraturan turunannya, termasuk Perda Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 – 2034,” Tegasnya.

Baca Juga :  Minim Transparansi, Tambang PT Antam di Tapunopaka Dinilai Rugikan Konut
Tim kuasa hukum Indrayana Centre for Government, Constitution, and Society (INTEGRITY) Law Firm, masyarakat Pulau Wawonii mengajukan Permohonan Hak Uji Materiil ke MA. (*Ist)

Lebih jauh, mantan Staf Khusus Presiden Bidang Hukum, HAM, dan Pemberantasan KKN ini menerangkan, bahwa dalam Pasal 39 Perda RTRW Sultra 2/2014 tersebut, tidak ada alokasi ruang untuk kegiatan pertambangan di Kabupaten Konawe Kepulauan.

“Selain secara terang-terangan melanggar UU PWP3K, UU Penataan Ruang dan Perda RTRW Sultra 2/2014, Perda RTRW Konkep yang diundangkan tanggal 27 Juli 2021 itu ternyata dalam proses penyusunannya, juga mengabaikan aspirasi masyarakat karena penolakan terhadap perusahaan pertambangan dilakukan melalui demonstrasi besar-besaran di Kantor Gubernur Sulawesi Tenggara sejak tanggal 6 Maret 2019,” Jelasnya.

Sementara itu, salah satu kuasa hukum masyarakat pulau Wawonii, Harimuddin, mengatakan, berkaca dari demonstrasi itu, Bupati dan Anggota DPRD Konkep yang menjabat saat ini seharusnya mengakomodir aspirasi masyarakat. Sebaliknya, jika diabaikan maka aspek sosiologis yang salah satu jantung penyusunan peraturan perundang-undangan tidak terpenuhi.

Baca Juga :  Bupati dan Wabup Konut Meriahkan Pawai STQH XXVIII Dengan Tenun Khas

“Secara kelembagaan, DPRD dan Bupati Konkep periode sebelumnya sebenarnya tegas menolak kegiatan pertambangan di Kabupaten Konawe Kepulauan, meskipun daerah tersebut kaya dengan sumber daya mineral,” Jelas Harimuddin.

Salah satu perwakilan Pemohon yang juga mantan anggota DPRD Kabupaten Konawe Kepulauan, Sahidin, SE, menambahkan, bahwa para pemohon dan masyarakat pada umumnya mempertanyakan perubahan sikap DPRD dan Bupati Konkep periode sekarang yang pada awalnya menolak dengan tegas kegiatan pertambangan.

“Anehnya, DPRD dan Bupati Konkep kemudian berbalik arah dan seolah memberikan karpet merah untuk dilakukannya kegiatan pertambangan di Kabupaten Konawe Kepulauan. Terlebih lagi, lahirnya Perda RTRW Konkep ini menabrak dan melanggar aturan undang-undang,” Pungkas Sahidin. (**)


Laporan : Muhammad Sahrul

Berita Terkait

Andi Irawan Nahkodai IMI Konawe Utara, Siap Cetak Raider Kompetitif
Ketua dan Pengurus IMI Konawe Utara Masa Bakti 2025-2026 Resmi Ditetapkan
Komitmen Bangun Konawe Utara dengan Prinsip Keadilan Sosial
Minim Transparansi, Tambang PT Antam di Tapunopaka Dinilai Rugikan Konut
Mekar Jaya Wakili Konut, Bupati Pastikan Persiapan Matang
Dharma Wanita Konut Didorong Jadi Mitra Strategis Pemerintah
Rencana Kerja OPD Wajib Sejalan dengan “Konasara Berkibar”
Sambut Hari Bhayangkara ke-79, Polres Konut Gelar Car Free Day dan Layanan Gratis

Berita Terkait

Kamis, 26 Juni 2025 - 10:40 WITA

Andi Irawan Nahkodai IMI Konawe Utara, Siap Cetak Raider Kompetitif

Kamis, 26 Juni 2025 - 10:32 WITA

Ketua dan Pengurus IMI Konawe Utara Masa Bakti 2025-2026 Resmi Ditetapkan

Rabu, 25 Juni 2025 - 13:16 WITA

Komitmen Bangun Konawe Utara dengan Prinsip Keadilan Sosial

Selasa, 24 Juni 2025 - 21:10 WITA

Minim Transparansi, Tambang PT Antam di Tapunopaka Dinilai Rugikan Konut

Selasa, 24 Juni 2025 - 13:42 WITA

Mekar Jaya Wakili Konut, Bupati Pastikan Persiapan Matang

Berita Terbaru

error: Dilarang Copy Paste!