[responsivevoice_button voice=”Indonesian Male” buttontext=”BACAKAN“]
KOLAKA TIMUR, KROSCEK.NET – Penjabat (Pj) Bupati Kolaka Timur (Koltim) Ir. H. Sulwan Aboenawas, M.Si membuka kegiatan pertemuan Aksi-1 Percepatan Penurunan Stunting Kolaka Timur tahun 2022. Selasa (17/5/2022).
Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Baros, Desa Tawainalu ini dihadiri oleh Pj Sekretaris Daerah (Sekda) Koltim, Ketua TP-PKK Koltim, para asisten Sekda, para Kepala OPD terkait, para camat dan para Kepala Puskesmas.
Mengawali sambutannya Sulwan Aboenawas menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim percepatan penurunan stunting Kabupaten Kolaka Timur yang telah memberikan kontribusi langsung maupun tidak langsung dalam upaya penurunan stunting di Kolaka Timur.
Selain menyampaikan ucapan terima kasih, Sulwan juga mengingatkan betapa pentingnya kerja kolaborasi (Collaborative Working) dalam percepatan penurunan stunting.
“Dari sisi kerangka intervensi. Kita ketahui bersama bahwa penanganan stunting secara garis besar dilakukan melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi sensitif yang di fokuskan pada seribu hari pertama kehidupan. Intervensi gizi spesifik adalah intervensi gizi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan,” Ungkap Sulwan Abunawas.
Sementara itu, intervensi gizi sensitif adalah intervensi pendukung seperti penyediaan air bersih dan sanitasi. Menurut berbagai literatur intervensi gizi ini sensitif memiliki kontribusi lebih besar yakni 70 persen dalam upaya penurunan stunting.
Akan tetapi, yang menjadi tantangan adalah bagaimana memastikan bahwa setiap OPD mempunyai anggaran untuk melaksanakan program kegiatan dan dapat secara konvergen sampai di wilayah dan diterima oleh rumah tangga sasaran.
Konvergensi berbagai program yang terkait dengan penurunan stunting menjadi kata kunci untuk memastikan program-program intervensi dapat dilaksanakan dan dimanfaatkan secara berkontribusi pada penurunan prevalensi stunting.
“Konvergensi adalah kata yang mudah diucapkan, tetapi seringkali tidak mudah mewujudkan semua. Untuk itu diperlukan upaya keras dari kita setiap OPD yang terlibat diminta untuk ego sektoral, karena konvergensi membutuhkan kerja kolaborasi antar berbagai pihak,” Paparnya.
“Pertemuan aksi 1 adalah analisis situasi program pencegahan dan penurunan stunting adalah proses untuk mengindentifikasi sebaran prevalensi stunting dalam wilayah Kabupaten Kolaka Timur,” imbuhnya.
Dalam situasi ketersediaan program dan praktek manajemen layanan, analisis situasi dilakukan untuk memahami permasalahan dalam integrasi intervensi gizi spesifik dan sensitif gizi sasaran rumah tangga seribu HPK.
Nantinya hasil analisis situasi ini akan membantu pemerintah Kabupaten Koltim dalam menentukan program kegiatan yang diprioritaskan alokasinya dan menentukan upaya perbaikan manajemen layanan untuk meningkatkan akses rumah tangga seribu HPK.
“Program kegiatan pada OPD, kecamatan dan puskesmas sesuai dengan tupoksinya masing-masing bahkan Pemerintah Desa juga memiliki program kegiatan yang terkait penurunan stunting dengan intervensi. Dengan demikian intervensi yang sifatnya multi sektor dan multi Government level, tidak mungkin multi terlaksana dengan baik tanpa kerja kolaborasi,” tambahnya.
Dikesempatan kali ini, Sulwan juga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada para camat yang sudah berkomitmen untuk melakukan percepatan penurunan stunting di wilayahnya masing-masing.
Komitmen sangatlah diperlukan, karena dengan komitmen yang kuat dari para camat dan lurah serta kepala desa menjadikan penurunan sebagai stunting prioritas sehingga sumber daya yang semua diperlukan dapat dimobilisasi untuk penurunan stunting di Kolaka Timur.
“Saat ini kita masih menghadapi pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak Maret 2020. Pandemi ini mempunyai dampak yang luar biasa, baik aspek sosial, maupun ekonomi masyarakat. Pandemi Covid-19 juga menjadi tantangan tersendiri bagi upaya percepatan penurunan stunting,” katanya.
Kemudian, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, masih Sulwan, prevalensi stunting Koltim menjadi yang terendah se-Sulawesi Tenggara yaitu 23 persen, sedangkan rata-rata Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 30 persen, angka ini masih jauh di bawah angka nasional yaitu 24,4 persen.
Namun masih jauh dari target nasional yaitu 14 persen pada tahun 2024. Dilihat dari pencapaian tersebut berarti Kolaka Timur mengalami defisit sekitar sembilan persen untuk mencapai target nasional di tahun 2024.
“Untuk itu saya minta agar setiap OPD dapat memetakan kembali semua program kegiatan dan anggaran yang terkait percepatan penurunan stunting. Pemetaan ini penting untuk mengetahui program apa saja yang masih berjalan, program apa saja yang cakupannya belum merata dan apa saja yang terhenti selama masa pandemi,” pintanya
Lebih lanjut Sulwan katakan, OPD dapat menyusun rencana kegiatan selanjutnya, mengoptimalkan dengan berbagai sumber pendanaan agar seluruh layanan yang dibutuhkan dapat diterima oleh kelompok sasaran.
“Di belakang mereka “Generasi yang lemah ini, bukan hanya lemah dari sisi pemahaman agama, tetap juga lemah dari sisi kesehatan, ekonomi dan pendidikan. Dengan demikian masalah penanggulangan stunting adalah tuntutan agama yang sesuai syariah. Untuk itu saya menekankan kembali bahwa stunting ini harus kita cegah bersama-sama,” pungkasnya. (**)
Laporan : Yun Ricky Refli Paat
Editor : Muhammad Sahrul